Sebuah Perjalanan

 “Aku tidak pernah menghitung hari, tapi ternyata kita sudah sampai sejauh ini”, itu adalah kalimat yang aku temukan di sebuah video, rasanya aku juga merasakan hal itu. Jika pasangan pada umumnya punya tanggal spesial, mereka tentu bisa menghitung momen bersama setiap bulan atau setiap tahunnya dari tanggal tersebut. Tapi aku tidak. Aku dan dia tidak punya tanggal spesial, karena kami menjalaninya begitu saja, mengalir begitu saja. Maka dari itu, aku tidak pernah menghitung hari sudah seberapa lama hubungan kami. Yang jelas, setiap hari dan setiap momen yang aku lewati bersamanya, terasa begitu spesial.

Setelah ku pikir-pikir, ternyata kami sudah cukup lama saling mengenal, saling memberi rasa, dan menghabiskan momen-momen bersama. Aku sangat mencintainya, begitulah perasaan ku saat menulis ini. Setiap hari, setiap jam, bahkan setiap detik, perasaanku kepadanya semakin bertambah. Kenapa ya? Aku juga bingung. Mungkin karena kebaikan dan perasaan hangat yang dia berikan, selalu membekas padaku ๐Ÿ˜„

Hal-hal yang kami lewati tentunya tidak selalu mulus, terkadang ada hal yang membuat kami saling merasa kesal atau badmood. Tapi anehnya, ketika aku merasa kecewa, atau ketika sedang marah kepadanya, beberapa saat kemudian justru aku merasa sedih. Aku merasa bersalah kepadanya. Aku merasa hal-hal yang membuat kami “bertengkar” justru pada akhirnya akan membuatku semakin mencintainya, membuatku jadi tau bagaimana harus memahami seseorang.

Aku ingin bercerita satu kejadian yang kalau diingat-ingat, lucu juga ๐Ÿ˜„

Hari itu, aku dan dia berencana untuk menonton sebuah film di bioskop, tetapi tanpa disangka-sangka, motor yang dikendarainya tiba-tiba mogok ketika ia ingin menjemputku. Tiket bioskop sudah dipesan, dan malah kabar itu yang aku dengar darinya. Otomatis rencana kami untuk jalan dan menonton film harus dibatalkan.

Kecewa? Marah? Pasti. Pada awalnya itu yang aku rasakan. Tapi pada saat yang bersamaan, aku juga merasa kasihan padanya. Kejadian motor mogok ini tentu lah di luar dugaan kami berdua, masalah itu datang tiba-tiba tanpa direncanakan, dia tentu juga merasa pusing dan kesal atas apa yang terjadi. Mengesampingkan perasaanku yang saat itu juga kesal, aku ingin memahaminya. Aku tau ini semua memang terjadi secara tiba-tiba, dia sama sekali tidak bersalah, dan memang tidak ada yang perlu dipermasalahkan.

Aku harus memahaminya juga jika aku ingin dipahami. Aku salut padanya karena di saat dia sedang mengalami itu, dia masih memikirkan dan mengkhawatirkanku. Aku tau masalah motor mogok itu pasti membuatnya pusing juga, tapi dia masih memikirkanku.

Aku paham bagaimana rasanya, maka dari itu aku tidak ingin memperkeruh suasana dengan cara ngambek dan marah. Aku ingin dia tau bahwa aku tetap mencintainya bagaimana pun keadaannya. Kalau pun aku marah dan kecewa, hal itu terjadi hanya beberapa saat saja, hanya sebentar. Perasaan yang muncul selanjutnya adalah aku tidak tega memperlakukannya seperti itu (ngambek dan mengabaikannya), aku justru ingin berada di sampingnya, aku ingin dia tau bahwa tidak apa-apa kami tidak jadi bertemu hari itu untuk menonton bioskop, aku tidak marah. Aku hanya ingin dia tau bahwa aku juga mengkhawatirkannya.

Nonton bioskop, jalan-jalan, hal itu bisa dilakukan di lain kesempatan. Masih ada hari esok bukan? Yang harus dipikirkan adalah bagaimana agar motor itu baik kembali, tidak rusak lagi. Aku hanya ingin dia memastikan semuanya agar baik-baik saja.

Bukankah mencintai adalah untuk saling memahami? Aku ingin kami berdua melakukan hal itu kepada satu sama lain. Dan ku rasa, kami sudah cukup melakukannya sejauh ini, sehingga aku merasa hal itulah yang membuat hubungan kami sampai pada saat ini tetap baik-baik saja. Justru perasaan cinta itu semakin bertambah setiap harinya.

***

Baiklah, sepertinya sudah cukup panjang aku bercerita, hehe. Sebuah pengalaman yang kalau diingat-ingat bisa bikin senyum-senyum. Apalagi ditambah dia terus-terusan meminta maaf bahkan sampai membelikan ku sebuah roti, cokelat, dan yogurt sebagai permintaan maaf ๐Ÿซถ๐Ÿป

Buat seseorang yang ku maksud di tulisan ini, kamu harus tau, bahwa aku akan selalu dan akan terus mencintai kamu sampai kapan pun. Tidak pernah perasaan itu berkurang sedikit pun, justru semakin bertambah. Aku berharap, momen yang kita lewati akan selalu dihiasi dengan kebahagiaan.

Aku yang menuliskanmu,

Septri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku: Novel RINDU Karya Tere Liye

Resensi Buku: Novel Si Anak Badai Karya Tere Liye

Review Buku: Si Anak Kuat Karya Tere Liye