Review Buku: Novel RINDU Karya Tere Liye

RINDU. Sebuah novel karya Tere Liye yang menceritakan perjalanan sebuah kapal uap yang mengangkut jamaah haji, dari pelabuhan Makassar menuju Mekkah. Setting waktunya yaitu pada tahun 1938.

Kapal uap tersebut berlayar dari pelabuhan Makassar - Surabaya - Semarang - Batavia - Lampung - Bengkulu - Padang - Aceh. Kemudian transit di Kolombo (Sri Lanka) - Jeddah - dan Rotterdam.

Picture from: www.bukurepublika.id

Judul Buku: Rindu
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Republika Penerbit
Jumlah Halaman: ii + 544 hlmn.
Ukuran: 13,5 cm x 20,5 cm

Sinopsis:
"Apalah arti memiliki?
Ketika diri kami sendiri bukan milik kami.

Apalah arti kehilangan?
Ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya kehilangan banyak pula saat menemukan.

Apalah arti cinta?
Ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah?
Bagaimana mungkin kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apa pun?

Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja."

***

Novel ini tentang masa lalu yang memilukan. Tentang kebencian kepada seseorang yang seharusnya disayangi. Tentang kehilangan kekasih hati. Tentang cinta sejati. Tentang kemunafikan. Lima kisah dalam sebuah perjalanan panjang kerinduan.


Novel ini menceritakan tentang kehidupan di atas kapal, keseharian para jamaah haji karena perjalanan dari Makassar ke Mekkah membutuhkan waktu selama berbulan-bulan. Kapal uap itu bernama Blitar Holland.

Karakter didalam novel ini memiliki kekuatannya masing-masing. Gurutta, seorang ulama yang sangat terkenal dan sangat disegani oleh masyarakat. Gurutta adalah ulama dari Sulawesi. Semua penumpang kapal mengenalnya.

Kemudian, ada Daeng Andipati. Seorang saudagar kaya yang memiliki dua putri, Anna dan Elsa. Banyak masyarakat yang menghormati Daeng Andipati, karena ia pengusaha kaya yang baik hatinya.

Ada Ambo Uleng, sosok yang membuat novel ini begitu menarik. Ambo Uleng adalah seorang pelaut tangguh. Namun, ada suatu hal yang membuat dirinya menjadi sosok yang sangat pendiam. Sesuatu yang begitu menyakitkan. Hal ini membuat Ambo Uleng ikut naik kapal haji, padahal ia tidak berniat untuk naik haji. Hanya saja, ia ingin pergi sejauh mungkin. Meninggalkan kampung halamannya. Meninggalkan kenangan menyakitkan itu.

Saya begitu menyukai novel ini, novel genre sejarah. Pada saat membaca novel ini, kebetulan saya juga sedang menaiki kapal dari Batam menuju Jakarta. Sehingga saya dapat feel nya ketika membaca novel ini. Saya seperti benar-benar bisa merasakan kehidupan mereka di atas laut, di atas kapal Blitar Holland. Ditambah lagi, ketika saya naik kapal menuju Jakarta, saya bertemu dan berkenalan dengan anak kecil, perempuan. Umurnya 2 tahun. Coba tebak namanya siapa? Namanya Anna. Sama persis seperti nama putri Daeng Andipati. Entahlah, kebetulan macam apa ini. Karena hal itu, saya begitu jatuh cinta dengan novel ini. Walaupun sudah saya baca berkali-kali, tidak pernah ada kata bosan bagi saya.

Novel ini begitu menarik. Disetiap permaslaahan yang ada, di situlah tersimpan pembelajaran. Ada lima pertanyaan mendasar yang ditanyakan oleh penumpang. Pertanyaan tersebut dijawab dengan baik oleh Gurutta.

Kelima pertanyaan itu adalah:

1. Pertanyaan dari Bonda Upe, "Aku adalah mantan Cabo (pelacur), apa mungkin Allah mengijinkan aku untuk menginjakkan kaki di tanah suci?"
2. Pertanyaan dari Ruben, "Apa itu kebahagiaan sejati?"
3. Pertanyaan dari Daeng Andipati, "Bagaimana caranya agar aku bisa menghapus kebencian yang sudah bertahun-tahun ada dalam diriku?"
4. Pertanyaan dari Ambo Uleng, "Kami saling mencintai, namun orang tuanya malah menjodohkannya dengan orang lain. Menganggap aku tidak punya derajat yang sama, aku yang menolong dia saat kapal kami tenggelam. Aku yang tahu semua tentang dia, kenapa harus seperti ini? Kenapa kami tidak bisa bersatu?"
5. Pertanyaan terakhir dilontarkan oleh Gurutta. Pertanyaan tentang rasa takut dan cemas, tentang sebuah trauma yang tidak berujung.

Baca juga: Resensi Novel Selena dan Nebula - Tere Liye

Konflik-konflik yang ada di novel ini dibungkus sedemikian rupa sehingga  dapat menggugah emosi para pembaca.

Mulai dari konflik antara Serdadu Belanda dan Gurutta. Sejak awal, Serdadu Belanda memang tidak suka dengan Gurutta, sepanjang perjalanan kapal haji itu, para Serdadu Belanda selalu mengawasi gerak-gerik Gurutta. Mereka takut Gurutta akan mendoktrin para penumpang dengan hal yang berbau kemerdekaan Indonesia. Hingga pada akhirnya Serdadu Belanda itu menyita hasil tulisan Gurutta yang berjudul "Kemerdekaan Adalah Hak Segala Bangsa." Karena hal itu pula lah Gurutta di penjara di bawah kapal.

Ada juga kejadian yang menguras air mata, yaitu ketika Mbah Putri meninggal dunia di atas kapal. Kisah percintaan Mbah Kakung dan Mbah Putri membuat novel ini semakin hidup. Kisah cinta mereka begitu indah. Mbah Putri pun dimakamkan di laut, karena perjalanan mereka berada di atas laut, maka jika ada yang meninggal, akan di semayamkan atau dilepaskan di laut lepas.

Baca kisah selengkapnya di novel Rindu supaya kalian tau betapa indahnya kisah Mbah Kakung dan Mbah Putri❤

Ada juga konflik ketika kapal haji tersebut hendak direbut oleh perompak Somalia. Dibagian ini kalian akan terkagum-kagum dengan sosok Ambo Uleng😊

Baca juga: Review Novel Si Anak Kuat

Tokoh-tokoh yang terlibat dalam novel ini:

1. Daeng Andipati
2. Istri Daeng Andipati
3. Anna
4. Elsa
5. Gurutta (Ahmad Karaeng)
6. Ambo Uleng
7. Ruben Si Bostwain
8. Chef Lars
9. Bonda Upe
10. Suami Bonda Upe
11. Kapten Phillips
12. Mbah Kakung
13. Mbah Putri
14. Anak Mbah Kakung & Mbah Putri
15. Pak Mangoenkusumo
16. Serdadu Belanda

Kalimat-kalimat favorit saya yang ada di Novel RINDU:

1. Hanya dua alasan yang membuat seseorang memutuskan pergi sejauh mungkin. Satu karena kebencian yang amat besar, satu lagi karena cinta yang amat dalam. (halaman 33)

2. Lari dari kenyataan hanya akan menyulitkan diri sendiri. Semakin keras kau berusaha lari, semakin kuat cengkramannya. (halaman 312)

3. Saat kita tertawa, hanya kitalah yang tahu persis apakah tawa itu bahagia atau tidak. Boleh jadi, kita sedang tertawa dalam kesedihan. Orang lain hanya melihat wajah. Saat menangis pun sama, hanya kita yang tahu persis apakah tangis itu sedih atau tidak. Boleh jadi kita sedang menangis dalam seluruh kebahagiaan. (halaman 313)

4. Selalu menyakitkan saat kita membenci sesuatu. Apalagi jika itu ternyata membenci seseorang yang seharusnya kita sayangi. (halaman 372)

5. Saat kita membenci sesuatu, sebenarnya kita sedang membenci diri sendiri. Terima dengan sepenuh hati, maka kau akan bahagia dengan pilihanmu. (halaman 373)

6. Cinta yang baik selalu mengajari kau agar menjaga diri. Tidak melanggar batas, tidak melewati kaidah agama. (376)

7. Takdir tidak pernah bertanya apa perasaan kita, apakah kita bahagia, apakah kita suka. Takdir bahkan menyapa basa-basi pun tidak. Kita tak dapat mengendalikannya, namun kita dapat mengendalikan diri sendiri untuk menyikapinya. Bersedia menerimanya atau mendustakannya. (halaman 417)

8. Biarkan waktu mengobati seluruh kesedihan, semoga kita lapang hati menerimanya. (halaman 472)

9. Cinta sejati adalah melepaskan. Semakin sejati perasaan itu, semakin tulus kau melepaskannya. Besok lusa, jika dia cinta sejatimu, dia pasti akan kembali dengan cara yang mengagumkan. (halaman 492)

10. Wahai laut yang temaram, apalah arti memiliki? Ketika diri kami sendiri bukan milik kami.
Wahai laut yang lengang, apalah arti kehilangan? Ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya kehilangan banyak pula saat menemukan.
Wahai laut yang sunyi, apalah arti cinta? Ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? Bagaimana mungkin kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apa pun?
Wahai laut yang gelap, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja." (halaman 495)

Baca juga: Review Novel BUMI - Tere Liye

Saya sangat suka dengan ending novel ini, diluar ekspektasi❤ Buat kalian yang hobby membaca, yuk baca novel Rindu. Kalian akan banyak mengambil pelajaran dari novel ini, tentang makna kehidupan.
***
Berikut buku-buku Tere Liye yang sudah saya baca berdasarkan genrenya:

1. Genre fantasy:
- Bumi
- Bulan
- Matahari
- Bintang
- Ceros dan Batozar
- Komet
- Komet Minor
Selena
Nebula

2. Genre romance:
- Daun Yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin
- Sepotong Hati Yang Baru
Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
Berjuta Rasanya

3. Genre action:
- Pulang
- Pergi

4. Genre science fiction:
Hujan

5. Genre biography:
- Rembulan Tenggelam Di Wajahmu
Tentang Kamu

6. Genre keluarga:
Si Anak Kuat
- Si Anak Spesial
- Si Anak Pintar
- Si Anak Pemberani
- Si Anak Cahaya
Si Anak Badai
- Bidadari-Bidadari Surga

7. Genre economy and politic:
Negeri Para Bedebah
- Negeri Di Ujung Tanduk

8. Genre sejarah:
RINDU

***
Follow me on:

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku: Si Anak Kuat Karya Tere Liye

Review Buku: Kamu Berhak Bahagia - Chatreen Moko