Review Buku: Novel Tentang Kamu Karya Tere Liye

Tentang Kamu. Novel setebal 524 halaman ini berhasil membuat saya berdecak kagum. Bagaimana tidak? Di setiap lembarnya begitu penuh kisah yang luar biasa dan penuh kejutan. Mungkin bagi beberapa orang yang belum pernah membaca novel karya Tere Liye, akan mengira novel ini termasuk pure genre romance, novel yang isinya penuh cinta-cintaan. Karena dari sinopsisnya begitu lekat dengan kata-kata cinta.

Namun, bagi kalian penggemar Tere Liye dan sudah membaca semua karyanya, pasti tahu kalau cerita romance karya Tere Liye bukan sekedar romance biasa. Di novel Tentang Kamu, kalian tidak hanya menemukan sisi romancenya saja, tapi akan ada sisi drama kehidupan dan juga sejarah fiksi.


Keterangan Buku:
Judul Buku: Tentang Kamu
Penulis: Tere Liye
Editor: Triana Rahmawati
Penerbit: Republika Penerbit
Jumlah Halaman: 524 hlm.
ISBN: 978-602-08-2234-1

Sinopsis:
"Terima kasih untuk kesempatan mengenalmu, itu adalah salah satu anugerah terbesar hidupku. Cinta memang tidak perlu ditemukan, cintalah yang menemukan kita.

Terima kasih. Nasihat lama itu benar sekali, aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir, tapi aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi.

Masa lalu. Rasa sakit. Masa depan. Mimpi-mimpi. Semua akan berlalu, seperti sungai yang mengalir. Maka biarlah hidupku mengalir seperti sungai kehidupan."
***
Novel Tentang Kamu memiliki tokoh utama bernama Zaman Zulkarnaen atau yang biasa disapa Zaman. Dalam novel ini, Zaman merupakan seorang pengacara dari firma hukum Thompson & Co.

"Firma ini berbeda dengan ribuan firma hukum yang lainnya. Kita adalah kesatria hukum, berdiri tegak di atas nilai-nilai luhur." (halaman 14).

Zaman mendapat tugas dari atasannya untuk menelusuri jejak kehidupan Ibu Sri Ningsih (menuntaskan sebuah kasus dari kliennya). Sri Ningsih adalah pemilik harta warisan senilai 19 triliun ruliah dan ternyata Sri adalah orang Indonesia. Satu kewarganegaraan dengan Zaman.

"... Kamu akan memastikan wanita tua yang malang itu mendapatkan penyelesaian warisan seadil mungkin menurut hukum. Dia akan beristirahat dengan tenang jika tahu harta warisannya telah diselesaikan dengan baik, tidak berakhir di Bona Vocantina, atau lebih serius lagi, jatuh kepada penipu." (halaman 14). Itulah mengapa Zaman ditunjuk untuk menyelesaikan kasus ini. Zaman dianggap bisa menelusuri kehidupan masa lalu Sri Ningsih dengan mudah. Namun, ternyata tidak semudah yang dibayangkan.

Kasus ini merupakan permasalahan harta warisan yang ditinggalkan oleh Sri Ningsih. Belasan tahun terakhir, Sri tinggal di panti jompo yang merupakan pemilik sah 1% surat saham di perusahaan besar.

Namun, data diri Sri Ningsih sulit ditemukan, dan surat wasiatnya pun tidak ada. Sehingga Zaman sulit untuk menemukan siapa ahli waris yang berkah menerima warisan dari Sri Ningsih.

Sri Ningsih hanya meninggalkan sedikit jejak, dan yang bisa membantu Zaman menuntaskan kasus ini adalah sebuah diari yang ditulis oleh Sri Ningsih sendiri. Setting waktu novel ini yaitu pada tahun 1940 - 2016. Zaman menelusuri kehidupan Ibu Sri Ningsih di lima kota, tiga negara, dan dua benua.

Saat baca novel ini, saya benar-benar takjub dengan Tere Liye, kok bisa ya Bang Tere membuat novel dengan latar tempat yang tidak hanya di satu tempat, tetapi dari berbagai tempat. Yang masing-masing tempat itu menurut saya sangat luar biasa.

Dalam menyelesaikan kasus ini, Zaman merasa kesulitan untuk menemukan jejak yang ditinggalkan oleh Sri Ningsih. Ada beberapa kegiatan yang sering dilakukan Sri Ningsing selama masih hidup. Hal ini akan menjadi petunjuk penting bagi Zaman.

Baca juga: Review Novel BUMI - Tere Liye

Hal yang pertama adalah, Sri Ningsih suka sekali membaca. Sri belajar tentang hukum melalui buku-buku yang ia pinjam dari Perpustakaan Nasional Prancis. Tidak hanya itu, Sri juga mengkliping dari koran lama tentang artikel-artikel penting.

Hal yang kedua adalah, Sri memiliki buku diary yabg dia serahkan kepada pengurus panti jompo, yaitu Aimee. Didalam diary tersebut, ada semacam juz kehidupan yang ia tulis. Terdapat lima juz dalam diary Sri ini. Akan saya tulis tiap juznya.

Juz Pertama: "Tentang kesabaran"
1946 – 1960.
"Terima kasih banyak atas pelajaran tentang kesabaran. Bapak, aku akhirnya memahaminya. Apakah sabar memiliki batasan? Aku tahu jawabannya sekarang. Ketika kebencian, dendam kesumat sebesar apa pun akan luruh oleh rasa sabar. Gunung-gunung akan rata, lautan akan kering, tidak ada yang mampu mengalahkan rasa sabar. Selemah apa pun fisik seseorang, semiskin apapun dia, sekali di hatinya punya rasa sabar, dunia tak bisa menyakitinya. Tidak bisa. Terima kasih banyak untuk tempat yang telah mengajarkan pelajaran ini. Di sini, di tempat di mana rumah-rumah saling bersinggungan atap, tiada tanah, rumput, apalagi pepohonan yang terlihat oleh elang yang terbang tinggi. Di sini, di mana rumah-rumah yang tumbuh dari atas permukaan laut, perahu tertambat di tiang-tiang, dan kambing-kambing mengunyah kertas. Terima kasih." (halaman 48).
Juz Kedua: "Tentang Persahabatan"
1961-1966.
"Apa arti persahabatan? Apa pula arti pengkhianatan? Apakah sahabat baik akan mengkhianati sahabat sejatinya? Bapak, Ibu, ternyata Sri bukan sahabat yang baik. Sri telah mengkhianati teman terbaik. Sri hanya memilih, sahabat sejati atau kebenaran …
Bertahun-tahun kejadian tersebut telah berlalu, tapi Sri tetap tak bisa mengusir rasa bersalah. Di sini, diperkampungan santri dekat pabrik gula, dengan loji, kereta lori, cerobong raksasa menjadi saksi, betapa keserakahan bisa mengubah orang lain menjadi lebih dari hewan buas. Sri ingin mengusir pergi semua kenangan mengerikan itu, tapi dia terus menghantui, sia-sia belaka. Teriakan bengis, suasana mencekam, penyiksaan. Sri tidak kuasa untuk menuliskannya lagi...
Selamat jalan, sahabat, semoga besok lusa kita kembali bertemu, dan engkau tidak lagi membenciku." (halaman 141-142).
Juz Ketiga: "Tentang Keteguhan Hati" 1967-1979.
"Saat kita sudah melakukan yang terbaik dan tetap gagal, apa lagi yang harus kita lakukan? Berapa kali kita harus mencoba hingga tahu bahwa kita telah tiba pada batas akhirnya? 2x, 5x, 10x, atau berpuluh-puluh kali hingga kita tak dapat menghitungnya lagi? Berapa kali kita harus menerima kenyataan, untuk tahu bahwa kita memang tidak berbakat, sesuatu itu bukan jalan hidup kita, lantas melangkah mundur? Aku sekarang tahu jawabannya. Di sini, di kota yang sibuk mengejar dan dikejar pembangunan, gedung-gedung tinggi tumbuh seperti jamur di musim hujan. Di sini, di kota tempat harapan ribuan pendatang berlabuh, tiap hari terminal, statiun padat oleh penduduk baru. Lampu-lampu gemerlap, jalan-jalan luas, kawasan hijau yang semakin habis, orang-orang mengejar mimpi. Terima kasih atas pelajaran tentang keteguhan. Aku tahu sekarang, pertanyaan terpentingnya bukan berapa kali aku gagal, melainkan berapa kali kita bangkit lagi, lagi, dan lagi setelah gagal tersebut. Jika kita gagal 1000x, maka pastikan kita bangkit 1001x." (halaman 209-210).

Baca juga: Review Novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah

Juz Keempat: "Tentang Cinta"
1980 -1999.
"Kota London, ibu kota Inggris, Eropa, dan dunia. Tempat berbagai suku bangsa, agama, ras, dan bahasa berkumpul. Tempat berbagai kesempatan, pertemuan, pun perpisahan terjadi. Juga tempat jatuh cinta yang Indah dan abadi. Sambil menatap langit mendung, gerimis menyiram jalanan kota yang ramai. Atau kabut yang membawa rintik air menerpa wajah, sambil berpegangan tangan di taman – taman kota yang hijau. Terima kasih untuk kesempatan mengenalmu, itu adalah Salah satu anugerah terbesar dalam hidupku. Nasehat-nasehat lama itu benar, cinta memang tidak perlu ditemukan, cinta-lah yang akan menemukan kita. Terima kasih. Aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir, tetapi aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi. Karena dicintai begitu dalam oleh orang lain akan memberikan kita kekuatan, sementara mencintai orang lain dengan sungguh-sungguh akan memberikan kita keberanian." (halaman 286).

Juz Kelima: "Tentang Memeluk Rasa Sakit"
"Ibu, Bapak, bagaimana agar kita bisa berdamai dengan begitu banyak kejadian menyakitkan?  Bagaimana jika semua hal menyesakkan itu ibarat hujan deras di tengah lapangan, kita harus melewati lapangan menuju tempat berteduh di seberang, dan setiap tetes air hujan laksana setiap hal menyakitkan dalam hidup?  Bagaimana agar Sri bisa tiba di tempat tujuan tanpa terkena satu tetes airnya? Sri sekarang tahu jawabannya. Yaitu justru dengan lompatlah ke tengah hujan, biarkan seluruh tubuh kuyup. Menarilah bersama setiap tetesnya, tarian penerimaan, jangan pernah dilawan, karena sia-sia saja, kita pasti basah. Disini, di kota dengan Menara Eiffel yang Indah dipandang mata, Sungai Seine mengalir elok. Di sini, di jantung peradaban budaya dunia, terima kasih telah mengajariku tentang hakikat kehidupan. Sri akan memeluk semua rasa sakit.  Dulu, sekarang, esok lusa, hingga kita bertemu lagi. 
Sri Ningsih." (halaman 457).
***
Saya selalu kagum dengan sosok Tere Liye, sepertinya beliau tidak pernah kehabisan ide untuk membuat novel yang luar biasa. Tulisan Sri Ningsih dalam diary tersebut begitu indah bagi saya. Novel ini keren, membuat saya terharu berkali-kali, novel yang memuat tulisan-tulisan inspiratif, sangat menyentuh, dan tokoh uama yang memiliki kesederhanaan namun cerita hidupnya begitu penuh makna. Saya suka sekali dengan novel ini❤

Baca juga: Review Novel RINDU - Tere Liye

Lanjut, hal ketiga yang dilakukan Sri adalah, Sri sering berkomunikasi dengan sahabatnya ketika di madrasah dulu, yang bernama Nur'aini. Di tahun 1970-an, cara paling ampuh untuk berkomunikasi adalah melalui surat menyurat antara Sri yang mengadu nasib di Jakarta dan Nur'aini yang tetap tinggal di Surakarta.

Melalui buku diary dan surat-surat Sri untuk Nur'aini ini, Zaman akan berkeliling ke tiga negara dan lima kota untuk menelusuri kehidupan Sri.

Bagi kalian yang ingin ikut menelusuri kehidupan Sri yang begitu inspiratif, kalian mesti banget baca buku ini❤

Berikut ada beberapa kalimat favorit saya didalam novel ini:

1. Aku ingin sekali punya hati sebaikmu, tidak pernah punya prasangka walau sebesar debu. (halaman 79)

2. "Aku tahu sejak lama, besok lusa, dengan hati seindah miliknya, dia akan melakukan hal hebat. Dia akan melihat dunia. London. Paris. Eropa. Tempat-tempat menakjubkan. Kamu tidak perlu menjelaskan lebih detail tentang harta warisan miliknya, Nak Zaman. Tapi aku tahu aku bisa menebaknya, harta itu bernilai triliunan ruliah. Karena itulah harga dari seorang Sri Ningsih. Bahkan lebih mahal dari itu. Maka tunaikan amanahnya, Nak Zaman. Sri berhak pergi dengan tenang." (halaman 206)

3. Jika kita gagal 1000x, maka pastikan kita bangkit 1001x. (halaman 210)

4. Dicintai begitu dalam oleh orang lain akan memberikan kita kekuatan, sementara mencintai orang lain dengan sungguh-sungguh akan memberikan kita keberanian. (halaman 286)

5. Apakah cinta memang begitu? Saat dia  mulai menyemai bibit harapan, hanya untuk layu sebelum berkecambah? (halaman 350)
***
Masih banyak lagi kalimat-kalimat favorit saya di novel itu, tapi saya mau kalian baca novelnya ya biar tau secara langsunhg betapa kerennya novel Tentang Kamu❤

Terima kasih bang Tere, novel ini begitu istimewa bagi saya. Saya rekomendasiin buat kalian semua, novel ini nggak akan membuat kalian kecewa❤
***
Berikut buku-buku Tere Liye yang sudah saya baca berdasarkan genrenya:

1. Genre fantasy:
- Bumi
- Bulan
- Matahari
- Bintang
- Ceros dan Batozar
- Komet
- Komet Minor
Selena
Nebula

2. Genre romance:
- Daun Yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin
- Sepotong Hati Yang Baru
Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
Berjuta Rasanya

3. Genre action:
- Pulang
- Pergi

4. Genre science fiction:
Hujan

5. Genre biography:
- Rembulan Tenggelam Di Wajahmu
Tentang Kamu

6. Genre keluarga:
Si Anak Kuat
- Si Anak Spesial
- Si Anak Pintar
- Si Anak Pemberani
- Si Anak Cahaya
Si Anak Badai
- Bidadari-Bidadari Surga

7. Genre economy and politic:
Negeri Para Bedebah
- Negeri Di Ujung Tanduk

8. Genre sejarah:
RINDU

***
Follow me on:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku: Si Anak Kuat Karya Tere Liye

Review Buku: Novel RINDU Karya Tere Liye

Review Buku: Kamu Berhak Bahagia - Chatreen Moko